Sejalan dengan hal tersebut, Relawan Gerakan Nasional Revolusi Mental tergerak untuk memfokuskan kegiatan dalam mengembangkan Sistem Pertanian Terpadu yang dikelola secara moderen. Untuk mewujudkan itu semua, perlu dibuat suatu Pilot Project yang akan menjadi percontohan dan referensi para petani untuk belajar dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam mengolah lahan dan mengoptimalkan produksi pertaniannya.
Masalah umum yang dihadapi para petani petani adalah mahalnya biaya menggarap lahan pertanian dengan hasil yang tidak optimal dan saat panen harga komoditas yang dipanennya jatuh yang mau tidak mau harus dijual murah. Keluhan para petani ini sebagian besar menderita kerugian dimana hasil panennya tidak cukup untuk menutupi hutang biaya untuk menggarap atau berproduksi. Akibatnya mereka lebih suka merantau ke kota untuk bekerja menjadi buruh bangunan atau buruh rumah tangga dan meninggalkan lahan pertaniannya terbengkalai karena jika digarap maka akan semakin rugi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya biaya produksi adalah akibat dari penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan untuk jangka waktu yang lama sehingga tanah menjadi jenuh. Semakin tahun. semakin meningkat dosis pemakaian pupuk kimia yang berarti pula semakin tinggi biaya pemupukan dan semakin mahalnya pupuk dipermainkan oleh siluman. Pupuk kimia yang awalnya dimaksudkan agar tanaman menjadi lebih subur, justru semakin merusak tanah dan membuat tanah menjadi liat dan tidak bisa menyerap air. Akibatnya, jika terjadi hujan lebat, maka air yang tidak bisa meresap kedalam tanah ini akan menjadi bajir yang merendam seluruh tanaman hingga mati dan gagal panen.
KUD yang digalakkan oleh pemerintah ternyata juga tidak dapat mengatasi permasalahan ini. Bahkan bantuan dana ataupu Kredit Usaha Tani justri semakin memperberat penderitaan pertani. Kesalahan tata kelola dimasa lalu ini harus di Revolusi Mental dengan memberikan contoh kepada petani bahwa mereka bisa hidup layak dan bisa kaya dari profesi sebagai petani. Kami akan memperkenalkan sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah dari humus atau bahan alam seperti daun-daunan dan kotoran ternak. Ada pepatah yang mengatakan bahwa dimana ada ternak, maka disitu tanah subur. Ini artinya kotoran ternak yang diproses dengan baik adalah pupuk terbaik bagi tanah. Sistem pertanian organik ini telah dibuktikan oleh para maestro pertanian yang telah sukses dan menjadi kaya raya dari hasil pertanian seperti H. Masngut Imam Santoso di Blitar dan Pakde Gunung Sutopo di Kaliurang - Jogjakarta.
Relawan GNRM akan membuat Badan Usaha Kesejahteraan Masyarakat (BUKMAS) yang akan mengorganisir petani dan membina agar para petani dapat menerapkan sistem pertanian organik dan hasil panennya akan debeli oleh BUKMAS dengan harga standar. Dengan demikian petani tidak perlu kawatir hasil pertiannya akan jatuh harga. BUKMAS juga akan mengolah dan menyediakan Cold Storage untuk hasil pertanian yang mudah busuk serta menyediakan pabrik yang akan mengolah hasil pertanian menjadi produk yang siap jual. Semoga ikhtiar ini dapat menjadi triger untuk kemandirian ekonomi yang dicita-citakan dalam TRI SAKTI.
0 komentar:
Posting Komentar